Skip to main content

PERGURUAN TINGGI IDEAL

Adalah sebuah realitas bahwa pendidikan merupakan Subyek Kontributor Utama bagi kemajuan suatu bangsa. Corak dan esensi pembangunan bergantung pada bagaimana pendidikan itu dikelola sebagai salah satu tujuan Pendidikan Nasional secara menyeluruh. Maju mundurnya suatu bangsa terletak pada tingkat kualitas filter, proses dan output pendidikan itu. Pendidikan, sebagai pilar, penggerak dan sekaligus barometer kemajuan itu, merupakan hal mendasar yang tidak dapat dipandang sebelah mata dan konsentrasi obyektifitas bangsa, sudah seyogyanyalah, mengarah pada persiapan, perbaikan dan pembenahan serta pengembangan pola kependidikan sebagai hal yang mendasar dan wajib untuk ditingkatkan eksistensinya sebagai wadah pencetak generasi penerus pembangunan yang relijius, eastern-culture, berkepribadian, handal dan siap pakai serta memiliki daya jual yang tinggi baik sebagai di dalam maupun di luar negeri.

Untuk tujuan tersebut diatas, proses bimbingan dan arahan serta pengajaran sudah jelas harus direalisasi sejak dini dan kontinyu hingga ke tingkat yang tidak terbatas dengan segala wujud riset dan penemuan-penemuan yang bobotnya setara dengan kualitas dan kehandalan output bangsa lain. Dan, ini merupakan tanggung jawab bersama khususnya para pelaku pendidikan untuk mewujudkannya secara konsisten dan komitmen dimana jati diri bangsa ini sedang dipertaruhkan dimata dunia dan internasional.

Efektifitas pendidikan yang merupakan cermin esensi filter, professionalisme dalam proses dan kualitas dalam output yang kelak akan bermuara ke segala aspek realita kehidupan bergantung pada jenjang pendidikan terakhir yakni perguruan tinggi, sebagai wadah pendidikan konvensional saat ini. Oleh karena, proses pembinaan kedewasaan berpikir, penemuan jati diri, karakteristik keahlian dan spesifikasi akhir aktualisasi professionalisme di mulai dari sini dan ini pun berlanjut dalam bentuk realisasi intelektualitas dan professionalisme tadi ke wadah realita kehidupan yang didalamnya sarat dengan persaingan yang ketat terlebih lagi di era globalisasi ini. Dengan kata lain, perguruan tinggi merupakan akhir pendidikan konvensional dan sekaligus menjadi tolak ukur akhir formal efektifitas sebuah rencana pendidikan nasional.

Tumbuhnya perguruan tinggi di Indonesia saat ini sungguh sangat menggembirakan. Masing-masing pihak manajemen dan staf perguruan tinggi diarahkan untuk bekerja pada tingkat yang lebih tinggi dan professional sesuai dengan corak wewenang yang didelegasikan padanya dengan tujuan kompetisi tanpa akhir dengan perguruan tinggi lainnya dengan melakukan trial dan error serta riset yang seakan-akan tak berhujung didalam menghasilkan dan memberikan alternatif pendidikan tinggi yang lebih berkualitas dalam segala makna. Ini artinya, persaingan dalam hal mutu pendidikan indonesia semakin menunjukkan kecerahannya, terlebih lagi publik pun semakin mengenal dan lebih sensitif lagi didalam menentukan jenis, tipe serta bonafiditas perguruan tinggi mana yang layak untuk menghantar anak-anak mereka ke masa depan yang lebih baik. Dengan demikian, terdapat relasi yang kuat antara niat dan tujuan publik dalam dan luar negeri (khususnya, orangtua) yang menjadi cermin pendidikan nasional serta menjadi bahan analisis bagi perguruan tinggi didalam menentukan kebijakan program-program yang bermutu pula.





Relasi ketiga unsur tersebut jelas mesti searah dan masing-masing unsur sudah seharusnya memberikan alternatif pilihan bagi efektifitas rencana dan kebijakan saat ini untuk menjadi acuan bagi rencana kedepan yang lebih baik. Kualitas sebuah perguruan tinggi tidak ditentukan oleh tingkat modernitas fasilitas dan prasarana saja, akan tetapi faktor utama yang lebih di prioritaskan adalah sistem yang mengatur bagaimana arus proses pendidikan yang ada menyata dalam wujud output tadi. Ruang lingkup dan keterbatasan aspek fisik yang dialami oleh beberapa perguruan tinggi yang ada dan masih dalam tahap pembenahan saat ini sudah seharusnya tidak menjadikannya sebagai hambatan utama bagi tantangan akan kualitas output yang mereka miliki. Pada prinsipnya, realitas output adalah realitas kebijakan dan bagaimana kebijakan itu memenuhi permintaan (baca : Tuntutan) publik yang semakin kompetitif. Untuk itu mesti ada kinerja yang tinggi di setiap jenjang dan wewenang di masing-masing pihak yang terkait dan bersifat terbuka didalam menentukan kebijakan tersebut agar faktual dan memiliki tingkat validitas tinggi dan sesuai dengan permintaan publik.

Bertunasnya perguruan tinggi yang memberikan program siap-kerja pasca studi di perguruan tinggi patut di ancungi jempol dan ini merupakan salah satu alternatif didalam mengurangi tingkat pengangguran intelektual. Namun bila kita renungkan dan mencoba analisis kembali program siap-kerja tersebut hanya sebatas acuan publik dan bukan merupakan cermin esensi perguruan tinggi yang sebenarnya. Kebijakan tersebut muncul saat bangsa ini dilanda krisis sumber daya manusia yang siap pakai dan berlanjut pada membengkaknya tingkat pengangguran di Indonesia yang tidak mungkin bisa kita tutupi dalam jangka waktu yang sangat singkat.

Perguruan tinggi adalah tempat berkumpulnya idealis-idealis ilmu dan pengetahuan. Idealisme ini mesti mengarah pada riset tanpa akhir bagi para pelajar (baca : mahasiswa) pasca pembelajaran di perguruan tinggi. Kemandirian tidaklah berkembang tanpa dorongan idealisme akan ilmu dan pengetahun. Sekali lagi, mesti ada idealisme pendidikan lainnya dalam hal riset sesuai program studinya masing-masing yang akan berdiri dan sekaligus menjadi pelopor keberhasilan pendidikan nasional di Indonesia.